Hari Ini

Cerpen Cinta Romatis

Update Jumat, 25 November 2011 at 08.41. Dalam topik Cerpen Cinta

Cerpen Cinta Romatis ~ Kumpulan Cerpen mengoleksi sebuah Cerpen Percintaan yang berjudul Cinta BER-EXPIRED . Wahh... judulnya anehya sobat???, Langsung saja di baca untuk Cerpen Cinta Romantis " Cinta BER-EXPIRED " berikut ini :


Cerpen Cinta Romatis


“Argggh…gokil! Orang gila. Orang stress! Dah tau’ diduain, eh..dia santai-santai ‘aja! Bereaksi’dong!!”
 “Ehm..aku tahu..” 
“Tau apa kamu?”
“Aku tahu suatu saat akan begini”
“Waduh, bener-bener stress’nih orang. Hei non, sudah tau bakal diduain, knapa tetep jalan terus?? LOL!”
Sigh… 

Aku terdiam, tidak bisa menjawab Telly. Aku memang banyak bercerita soal apapun sama sohibku ini, tapi tidak tentang Ardian. Aku agak tertutup soal cowok satu yang sudah hampir setahun ini dekat denganku. Jadi pacarku. Aku ngga ingin Telly sewot karena pilhanku ini. Sejak awal jadian sama Ardian, aku sudah tahu konsekuensinya. Tapi aku tetap jalani tanpa Telly terlalu banyak tahu. Aku yakin Telly yang sejak kecil jadi teman main dan tetanggaku itu pasti ngga setuju dengan pilihanku. Aku tak peduli. Aku sangat menyayangi Ardian. Walau…Ardian punya idaman cewek lain. Ya..begitulah..

“Bel, hei..Bella..jawab pertanyaanku. Kamu sudah tahu’ya kalau si Ardian itu sudah punya cewek sejak lama?” Hentakan Telly mengagetkan diamku.
“Bukan pacarnya..tapi Cem-cem’an..,” jawabku asal.
“Ah..kamu! Tak peduli, mau pacar’kek, cem-cem’an, apa’kek,tokek’kek..yang pasti dia sudah ‘ngeduain kamu, tahu! Apa aku yang perlu bertindak?,” katanya ngotot. “
Jangan, aku saja” “Kenapa aku tak boleh? Biar tahu rasa dia macam-macam dengan sahabatku!”
“Aku saja”
“Mengapa?”
“Kasihan..Aku saja stress ngadepin kamu, apalagi dia!”
“ARGGGHHHH JANGAN BERCANDA! Ini bukan saatnya ngelucu, kamu itu sudah diselingkuhi, TAHU!!” katanya semakin ngotot.

Aku berusaha tenang menghadapi si bawel yang sering sok tahu ini. Aku diam. “Apa tindakanmu?”
“Mundur..,” jawabku pelan. Sigh lagi.
“Edan, kenapa kamu yang harus mundur?” 
“Karena mungkin itu lebih baik”
“Lebih baik. Apa maksudmu?”
“Yaaa memang sudah waktunya. Sudah ada expired-nya,” kataku pelan. “
Expired? Makin stress! Cinta’kok ada expired-nya? Cinta ber-expired?”
Boleh juga, kata yang tepat untuk masalahku ini.
“Ardian..cowokmu itu.. sebenarnya bagaimana’sih perasaannya padamu?”

Aku terdiam. Aku enggan menjawabnya. Aku sudah bisa menduga reaksi Telly si cerewet bila kukatakan sesungguhnya. Aku hanya bisa menjawabnya dalam hati. Batinku mengatakan pada awal jadian, aku merasakan sebenarnya Ardian memang tidak sungguh-sungguh menyayangiku. Apalagi ingin jadi pacarku. Justru aku yang mengejarnya. Menyayanginya.

Biar aku tahu, didompetnya..dimobilnya..dihatinya..sudah terlukis jelas sosok Herlyn. Nama cewek manis itu. Cewek idaman sesungguhnya Ardian. Mereka teman main sejak kecil. Kala mereka tinggal di komplek perkebunan di daerah Puncak. Mereka sangat dekat. Hingga suatu kali, ayah Herlyn mendapat tugas ke Swiss dari kantornya selama beberapa tahun. Jadilah Herlyn dan Ardian harus berpisah. Saat itu usia mereka sudah menginjak 14 tahun. Tanpa ada kata ikatan dan kesepakatan, mereka tetap menjalin melalui surat dan email. Demikian Ardian pernah bercerita kepadaku. Saat itu aku menembaknya saat kami berdua makan di sebuah kafe.

Ah, sedikit benar kata Telly, aku memang cewek gila. Tapi terserahlah kata orang, termasuk kata sohibku sendiri. Aku tahu apa yang aku mau. Ketika aku menyayangi Ardian, maka aku ingin dia menjadi milikku. Walau aku tahu harus bersaing dengan Herlyn. Ya begitulah..jadilah aku dan Ardian jadian.

Sama seperti pasangan yang lain, kami sering jalan berdua, mengisi waktu lowong bersama, bermanis-manis kata, ada ribut-ribut kecilnya, ada jealousnya, pokoknya sama’lah dengan pasangan kekasih lainnya. Dan kami jalani kebersamaan ini sudah nyaris satu tahun. Hem..Hanya bedanya, aku membiarkan Ardian tetap ber-email ria dengan Herlyn, atau telepon-teleponan hingga jauh malam. Mereka bisa ngobrol panjang soal aktifitas masing-masing, tanpa menyinggung soal aku didalamnya. I think. Dengan jujur, Ardian sering membicarakan Herlyn padaku. Ya, aku memang cewek stress. Mau saja didua’in. Tapi itulah, aku begitu menyayangi Ardian. Apakah dia sayang padaku, tapi dia naksir kepada Herlyn, atau Ardian sekedar iba saja dengan perasaanku hingga mau jadi pacarku. Aku tak peduli dan tak mau tahu. Aku hanya tahu perasaanku saja, ya..aku sungguh mencintai cowok satu itu.

“Tel..Beri aku waktu menyelesaikan soal ini’ya dengan Ardian. Aku yakin semua ada jalannya,” jawabku sekenanya ngga nyambung dengan apa yang ditanyakan Telly. Cewek ceriwis itu tak bereaksi. Dia diam saja. Ku anggap saja setuju.

Ah, akhirnya aku harus menghadapi ini. Setelah sekian lama bersama dengan Ardian, sekian waktu, aku harus rela melepaskannya. Herlyn akan datang ke Jakarta sehari lagi. Dia bersama keluarganya akan kembali tinggal di Indonesia.  Demikian info yang disampaikan Telly padaku tadi.

Semalam, Telly membaca status FB Ardian melalui BB-nya tentang kedatangan cewek itu. Segeralah dia meneleponku. Hanya semalam itu aku sudah tertidur lelap karena sorenya aku lelah melatih taekwondo untuk anak-anak SD. HP sudah kumatikan. Telepon kerumahku percuma saja, karena Bi Minah tak kan tega membangunkanku yang sudah kecapekan. Nyaris saja cewek manis itu mau ke rumahku malam-malam. Untung saja mamanya melarang. Sempat dia berkelit tapi akhirnya manut juga. Kalau sudah begitu, tak ada bedanya ya aku dengan Telly. Sama-sama cewek gila. Paling tahu apa yang kita mau. Tak heran dia jadi mencak-mencak begini pagi, merasa teman dekatnya ini sudah dikhianati sebegitu rupa oleh pacarnya.

Baru saja kuyalakan HP, eit..sudah kudengar dering dan ocehannya itu. Ah, kalau sudah begini, aku bisa bilang apa? Kalau akhirnya aku mundur, karena itu konsekuensi awal yang kutahu. Ada rasa penasaran yang menggelitik dalam hatiku. Kubuka FB, dan dinding Ardian kekasihku. Oya, status terbaru dan semalam dia menulis: “Dia’kan kembali dari Swiss. Akhirnya.. :)”. Tak ada yang berkomentar disana. Berlapang dadalah aku. Mundur adalah langkah yang tepat menurutku. Tanpa perlu kukatakan pada Ardian, aku akan pergi jauh-jauh dari sisinya. Ya, meski aku harus menahan diri dan rasaku sekian berat. Apalagi kami mau tidak mau akan sering bertemu karena sama-sama pelatih ekstrakurikuler taekwondo di sebuah sekolah SD bertaraf internasional. Untung tidak satu sekolah. Hanya beratnya, aku masih menyimpan hati yang begitu dalam padanya. Tapi aku harus mundur.

Lucu dan naïf sebenarnya. Yang kutahu, sebenarnya diantara Herlyn dan Ardian bukanlah pasangan kekasih. Hanya mereka saling suka. Entah kadar suka Herlyn kepada Ardian sebesar apa. Begitu pula dengan Ardian yang menyayangi Herlyn namun tetap menjalani hubungan denganku… 


 ***  

Telepon genggamku berdering terus semenjak tadi. Aku sengaja tak menjawabnya. Aku tahu siapa yang meneloponku. Dering itu kubuat khusus untuk Ardian. Ya, tak apalah..pura-pura saja tak mendengar. Usai sekolah biasanya aku segera pulang, ganti baju dan berangkat ‘ngajar. Ardian sering menjemputku dan pergi bersama berlatih. Namun jika dia sibuk dengan tim basketnya atau pelajaran tambahannya, aku pergi sendiri. Kami bertemu disana. Mengajar sekaligus kencan, hahaha..romantisnya! Tapi itu akan segera berakhir, hiks..Huwa…kalau saja ingin mengikuti hati, aku ingin menangis menjerit-jerit. Ah, damn! Masa trainer taekwondo sepertiku cengeng seperti itu? Apakata penyerangku nanti? Uhuuuu..uhu..Tidaklah..Cukup rasa sedih itu kusimpan saja didalam hati. Hanya saat ini aku ingin berlama-lama di perpus.

Tugas kimia dari Bu Ingram cukup membuatku pusing, jadi aku harus mencari buku-buku yang pas menjawab solusi PR-ku. Aku nggak mau semakin pusing dengan urusan asmaraku. Biar sedih, justru senyumku semakin lebar sepanjang sekolah tadi. Termasuk dengan Telly. Padahal doi sudah pakai pasang muka sedih dan banyak hal yang ingin diungkapkan padaku. Aku tenangkan diri saja dan menganggapnya biasa. Hingga dia jadi sungkan mendekatiku dan membiarkanku sendiri. Seperti sekarang ini aku di perpus.

“Bella…” tiba-tiba kudengar seseorang memanggilku pelan. Suara itu..oh, Ardian! Ardian ke sekolahanku. Baru sekali ini dia kesekolahku. Wah, ada apa’ya? “
Ssstt..Bel, dari tadi aku meneleponmu,” ujar Ardian menghampiriku.
Aku jadi kikuk.
Laki-laki yang kusayang tapi ingin kuhindari itu ada di hadapanku.
“Aku lagi banyak PR,” jawabku sambil menunduk. Aku tak menjawab soal telepon genggamku.
“Bisa aku bantu?,” katanya sungguh-sungguh.
Aku beranikan diri menatap mata itu. Dua bola mata yang selalu kurindukan kehadirannya. Aku mengangguk pasrah. Lalu kami duduk bersama dan membahas tugas kimia itu. Tak sedikitpun kami membicarakan soal Herlyn dan kedatangannya ke Jakarta. Kami larut dengan tugas dari pelajaran yang membuat sesak dadaku ini.

Sungguh, siapa yang tak kan mengidolakan Ardian. Sudahlah jago taekwondo, basket, kimia, matematik, fisika, baik hati dan tidak sombong, juga terlebih dia begitu serupa dengan Justin Timberlake. Alah..alahhh..

“Bel, nanti kamu ‘ngajarkan?,” katanya sambil menutup buku kimiaku.
Aku ragu sesaat.
“Em, iyalah. Hari ini ada ujian untuk anak kelas 3,” kataku menutup gundah.
Ardian tersenyum. Dia mengangguk-anggukan kepala.
“Habis ngajar, kamu temani aku’ya,” bisik Ardian nyaris tak terdengar.
Sambil berdiri, kukernyitkan dahi tanda bertanya.
“Temani aku ke rumah Herlyn,” katanya mantap.

Tiba-tiba tubuhku membeku. Kaku. Telly, help me, cowok idamanku ini justru yang gokil. Dia mau ngedate dengan ditemaniku, pikirku berbicara sendiri. “Mau’ya Bel?,” katanya sedikit merajuk. Aku tak menjawab. Kami berlalu dari perpus, Ardian mengantarku pulang dengan motornya. Dua jam lagi dia akan datang lagi dan bersama mengajar bela diri. Wuah, lelahnya..tapi tetap SEMANGAT! 


 ***                


 “Aku pulang saja’ya. Lumayan capek’nih,” kataku sambil bebenah baju putih taekwondoku. Aku berusaha menghindar. Cowok aneh, mau ketemu sama cem-cem’annya malah ngajak pacarnya. Biar aku sayang padanya, tapi aku juga ngga sebodoh itu. “Wah, sebentar saja’deh Bel. Nanti kita makan di Café Pisa ‘abis itu..,” katanya membelai rambutku. Aku menepis. Cukup! Kesabaranku sudah cukup.
“Di..Gila’ya kamu! Kamu itu’kan mau ketemu Herlyn, cewek idamanmu yang tiada duanya itu, mengapa aku harus ikut? Kamu ingin mempermalukanku di depan Herlyn? Kamu ingin membanding-bandingkan aku dengannya ya?,” kataku terbata-bata dengan mata berkaca-kaca pula. Ardian tersentak.
Dia menatapku nanar. Seperti takjub dengan kata-kataku tadi. Tak usah dia, aku sendiri tak menyangka akan mengeluarkan kata-kata itu, akhirnya..Tapi aku lega. Lega sekali. Lalu aku bergegas pergi.
“Bella! Bel, sebentar!,” katanya menarik tanganku. Aku terus berjalan. Tetes air mata sudah tak tertahan jatuh dari pelupuknya. “Bella, dengarkan aku!,” katanya sedikit menjerit. Dia tak mampu mengikuti gerak jalanku yang cepat. Dia ada beberapa dibelakangku.
“Bella!,” jeritnya lagi. Kuhentikan langkahku. Dia hampiri aku. Aku masih menunduk. Dia genggam tanganku.
“Ayo ikut aku, please..,” katanya lembut. Kuhapus air mataku. Aku bingung mau berkata apa. Ya, aku ikuti saja apa yang dia mau. Menemaninya bertemu dengan Herlyn…Kalau ada Telly disini, aku sudah dianggap cewek stress! Gokilll..  


*** 


 “Herlyn, ini Bella,” ujar Ardian mengenalkanku pada Herlyn. Cewek itu benar-benar cantik. Bule banget! Rambutnya yang panjang diatas pinggang di cat kecokelatan. Tinggi semampai. Wajahnya yang putih sedikit chubby. Sekilas mirip Manohara. “Hy, Bella. Nice to meet you..,” katanya menyapa hangat. Kami berpelukan. Seperti kawan lama. Aku tersenyum semanis-manisnya. “Sudah sering aku mendengar tentang dirimu. Ardian sering membicarakanmu. Bella..Bella..Bella,” katanya seru dengan logat kebule-bulean.

HHHhhh?? Aku tersenyum kecut. Kutatap Ardian. Cowok itu membalas dengan menggenggam tanganku. Apa yang dia katakan pada Herlyn, aku tak tahu. Tak kusangka.. “Don’t worry. Dia berbicara banyak tentangmu yang baik-baik saja,” katanya tersenyum. Benar-benar mirip Manohara’ya lesung pipitnya.. Baru saja Herlyn tiba dari bandara dua jam lalu, dan dia sengaja belum beristirahat karena ingin menemui Ardian dan aku di rumah tantenya yang megah itu.

Sapaan hangat sudah kurasa sejak awal berjumpa dengan Herlyn. Semakin hangat dengan jamuan oleh-oleh dari Kanada. Cokelat dan kue-kue manis. Hemmm lezat sekali! Selama bertemu, tak ada tatapan mesra yang kulihat antara Herlyn dan Ardian. Cuma tawa kecil, ledekan, basa-basi diantara teman lama yang sudah tak lama berjumpa. Bahkan Herlyn tak sedikitpun membiarkanku lepas dari pembicaraan diantara mereka. Meski sekian tahun tidak ke Indonesia, namun berita-berita tentang tanah airnya tetap intens dia ikuti. Sampai-sampai soal kasus Century saja dia begitu fasih. Hem..

Hampir dua jam kami bersama Herlyn, dan kami pamit pulang. Tak lupa Herlyn membawakan kami souvenir dari Kanada, sebuah boneka teddy bear, gantungan kunci dan cokelat isi kismis Wah, senangnya! Hingga pulangpun tak ada jejak asmara diantara mereka. Mereka bersalaman seperti biasa. Tak ada cipika-cipiki disana.

“Jadi’ya kita ke Kafe Pisa,” ujar Ardian sambil mengendarai motornya.
Apa? Aku yang diboncengnya geleng-geleng kepala.
“Wah, aku sudah kenyang. Kamu masih mau makan?,” ujarku sedikit berteriak melawan angin.
 Dia tertawa.
 “Ya sudah, lain kali saja kita kesana’ya,” katanya sambil menarik dan menutup kaca helmnya. Motornya terus melaju. Menuju kerumahku hingga menjelang petang.  


*** 

 “Di…”
“Yup”
“Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan Herlyn, Hhh?,” tanyaku semenjak tadi sudah bergemuruh ingin bertanya.
Sesampai dirumahku, di teras tamu.
“Seperti yang kau lihat,” jawabnya santai.
Aku mengernyitkan keningku. Dengan manis, dia berikan boneka yang diberikan Herlyn padaku. Aku tak mengerti. Walau aku senang, aku jadi punya dua teddy bear berbulu lebat. “Sudah lama aku tak memiliki rasa sayang itu padanya. Awalnya memang.. aku tak yakin. Tapi semakin kumengenalmu, aku semakin mantap. Aku tak bisa membagi perasaanku. Bodoh sekali manis, kalau kamu anggap aku masih menyayangi dia bersamaan dengan dirimu,” katanya sambil mengelus-elus rambutku.
“Bohong”
“Ngga percaya?”
“Ada bukti?” Ardian terdiam.
“Sama seperti boneka ini. Hal-hal yang berkaitan dengan Herlyn sudah kututup rapat. Foto-fotonya sudah tak ada lagi ya di mobil, dompet, dan kamarku. Barang-barang yang berkaitan dengannya juga tak kusimpan lagi. Kubagikan saja’ya..Cintaku sudah kadaluarsa bersamanya,” katanya meyakinkan.
“Sejak kapan?”
“Sejak aku..jatuh cinta pada seorang Bella”
“Gombal!”
“Memang begitu adanya. Aku tak bisa membohongi diriku kalau aku begitu suka dengan cewek didepanku ini. Sungguh..”
“Bagaimana dengan Herlyn sendiri?,” kataku penuh rasa curiga.
“Kamu tak perhatikan’ya..Apa dia tampak memerhatikanku lebih?” Aku tatap mata Ardian tajam-tajam. Aku ingin kejujuran disana.
“Begitulah. Biarlah dia sobat kita bersama saja’ya,” katanya mengedipkan mata.
Aku cibirkan bibirku. Aku setuju. Ku dorong badannya. Mencubitnya. Dia teriak kegelian. Aku masih tak percaya pernyataannya. Telly akan kuberitahu ini. Pasti dia akan lebih tak percaya. Aku masih dianggap stress, kali! Mengharapkan cinta seorang Ardian. Tak apalah..stress tapi tetap mendapat cinta Ardian yang bukan kadaluarsa.

Comments
0 Comments