Hari Ini

Cerpen Cinta Usai di Ujung Senja

Update Jumat, 25 November 2011 at 08.54. Dalam topik Cerpen Cinta

Cerpen Cinta Usai di Ujung Senja ~ Cerpen keindahan cinta yang berakhir di ujung senja yang membuat Cinta itu abadi untuk selamanya. Langsung saja di baca untuk Cerpen Cinta Usai di Ujung Senja berikut ini :

Cerpen Cinta Usai di Ujung Senja

Jumat, adalah esok di hari yang semestinya. Ada cerita yang akan disampaikan oleh sang penyair. Ada puisi yang akan dibacakan sang pujangga. Ada permata yang hendak dipersembahkan dari kapal sang saudagar. Ada sari bunga yang hendak dipersembahkan untuk sang kumbang. Ada wangi kasturi yang ingin dihembuskan. Ada cinta yang ingin ditautkan sang hati. Dan semuanya terbungkus rapi dalam keranjang mimpi, untuk dijadikan nyata dalam dunia yang semestinya. Dunia tempat anak manusia bercerita.

Namun ini adalah hari sebelum hari semestinya. Anak manusia ini tak sabar untuk bertanya. Sekedar mencoba membaca warna langit jiwa. Mungkinkah masih biru? Jika ya, berarti masih ada rindu. Mungkinkah masih jingga? Jika ya, berarti masih ada cinta. Atau jangan-jangan merah? Luka dan berdarah. Atau hitam? Kelam dan gelap. Tanpa cahaya. Tiada rasa dan cinta. Ah, rasa penasaran ini kemudian menuntunku pada ujung jalan. Disana kujumpai sebuah pintu yang tertutup. Ku coba ketuk perlahan-lahan. Tiada suara jawaban. Ku ketuk lagi, lebih keras. Tiada sahutan. Kali ini ku dobrak. Astaga!! Tak bergeming. Oh Tuhan. Lihat warna pintu itu tak jelas. Putih tidak, hitam tidak. Abu-Abu! Warnanya telah berubah. Pintu itu tertutup rapat. Terkunci. Kokoh. Tak sedikitpun ada warna yang bisa kuintip. Aku terduduk lunglai tak berdaya. Keranjang indah berisi impian yang baru kurajut, jatuh terhempas di depan pintu. Tumpah dan berserakan. Benang asa dan rindu yang tersulam terlepas satu persatu. Ujung jalan menjadi begitu pekat.

Gelap....

Senyap....

Aku tersesat.

Tiba-tiba aku ingin marah. “Marahlah!” pintu itu berteriak mendahului marahku. “Kau memang berhak untuk marah, tapi bukan berarti kau harus benci.” Ooooh....Rasanya telah berhari-hari aku kembali membangun semuanya, memulai lagi dari nol dan menumbuhkan kembali rasa percaya diri tapi kini mimpi itu hancur hanya dalam beberapa detik saja. "Lantas apa yang harus kulakukan?" tanyaku. “Pulanglah wahai perempuan penyelimut hati.”

Aku berbalik. Berjalan pergi dan menjauh. Lalu Pulang dan mencari pembaringan. Tersedu diatas kain putih yang pucat. Benang-benang menatap pilu, berduka melihat jiwa yang terluka. “Apa yang kau tangisi wahai perempuan?” langit langit kamar bertanya. “Hatiku,”jawabku. Sudahlah, belajarlah bahwa betapapun buruknya patah hati, dunia tidak akan berhenti hanya gara-gara kesedihanmu,” suara itu kembali terdengar. Bangkitlah. Jangan tenggelamkan dirimu disini. Keluar dan carilah bahagia dengan cara yang lain.

Keesokan pagi........

Perempuan itu berdiri di dermaga. Ditangannya tergenggam bunga ilalang, selembar foto dan sebuah alamat. Matanya tak berkedip menatap laut, ke sebuah kapal yang sedang melaju pelan. Tiba-tiba ia terjun. Lalu berenang cepat mengejar kapal kehidupan yang terus berjalan. Tak lupa ia berteriak “Selamat tinggal wahai lelaki di dermaga!”. Aku tetap akan selalu mengenangmu, juga mengingatmu . Lihatlah ditanganku tergenggam semua kenangan tentang kita. Ini pertanda bahwa bagian darimu ku bawa serta. Langit akan berwarna biru saat aku merindukanmu dan menjadi jingga tatkala senja berkata cinta.

Comments
0 Comments